HUBUNGAN QUERCETIN DAN IGF-1 (BAGIAN 3)

Pembahasan:

Penjelasan penelitian quercetin-IGF-1:
Pengukuran IGF-1 dan IGFBP 3 menggunakan metode immunoradiometric assay (IRMA). Sensitivitas dan spesifisitas IRMA sama dengan ELISA. Namun, IRMA tidak terpengaruh factor-faktor stabilisator seperti ELISA (rcw3).
Statistic menggunakan metode ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.05). Pengukuran dilakukan di media sel PC-3 sehingga mekanisme neuroimunohumoral kurang berpengaruh.
Hasilnya menunjukkan bahwa quercetin menginduksi sekresi IGFBP-3 dan IGFBP-3 mengurangi jumlah ligan (IGF-1) yang tersedia untuk bereaksi dengan IGF-1R. IGFBP-3 sendiri juga dapat menginduksi apoptosis pada sel PC-3, serta mempotensiasi efek apoptotic factor lainnya seperti radiasi ionisasi dan agen kemoterapi.
Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan bahwa quercetin dapat menghambat pertumbuhan sel kanker prostate in vitro dan bersifat pro-apoptotik. Quercetin menginduksi apoptosis melalui down regulation IGF-1 dan up regulation IGFBP-3 pada sel PC-3.

Sebuah penelitian mengenai pengaruh quercetin terhadap VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) pada kultur sel granulose babi menunjukkan bahwa produksi VEGF oleh sel granulose babi dihambat secara signifikan ( ) oleh quercetin dengan konsentrasi 5 dan 50  g/ml. makin besar dosis quercetin, efek yang timbul makin bermakna ( ) (VEGF).

Pemberian Lycopene pada pria dewasa sehat tidak memberikan efek terhadap konsentrasi IGF-1 (p=0.52) dan IGFBP-3 (p=0.55). namun terdapat hubungan antara perubahan konsentrasi lycopene dan perubahan kadar IGFBP-3 pada kelompok perlakuan (p=0.008). Kesimpulannya, pemberian lycopene tidak mempengaruhi konsentrasi total IGF-1 dan IGFBP-3 serum. Namun, pemberian lycopene dapat menurunkan bioavailabilitas IGF-1 dengan meningkatkan konsentrasi IGFBP-1 dan IGFBP-2. Variasi efek IGFBP-1 dan IGFBP-2 antarindividu sangat tinggi dan dipengaruhi oleh lama puasa dan konsentrasi insulin (lycopene).

Stres-IGF-1:
Stres sedang dan berat menimbulkan kondisi katabolik yang tinggi (kortisol, glukagon) dan anabolik yang rendah (IGF-1)(Clinical ev).
IGF-1 tidak menunjukkan respon langsung terhadap stress namun mempengaruhi transfer ke SW. Perbedaan kadar IGF-1 antara kelompok stres dan kontrol tidak ditunjukkan pada kemampuan adaptasi SW, namun terhadap kolerasi positif, antar IGF-1 dan kadar elektolit pada kelompok kontrol menunjukkan indikasi peranannya dalam osmoregulasi(stres-igf1 1).
Pemberian cortisol single dose 100 mg/kg makanan meningkatkan kortisol plasma tapi tidak mempengaruhi konsentrasi IGF-1 dan IGFBP plasma. Stres akut menyebabkan penurunan IGF-1, namun mekanisme penurunannya tidak disebabkan pelepasan kortisol selama stres(stress-igf1 3).

Quer Berat Badan
Quercetin menghambat akumulasi lemak pada kultur sel lemak matur manusia. Quercetin juga menekan maturasi sel lemak baru dan merangsang apoptosis sel lemak. Quercetin mengeblok uptake glukosa dari darah, mengurangi sel lemak dengan mengurangi bahan bakunya dan akumulasi molekul lemak(quercetin: enhanced…)
Pemberian quercetin tidak mempengaruhi berat badan tikus (anti hipertensi effect)  table!

Resveratrol, salah satu fitoestrogen, merangsang produksi ATP mitokondria dan modulasi IGF-1, meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, mengatasi obesitas, dan meminimalisir perkembangan fatty liver pada mencit yang diberi DIO. (resveratrol-quer).

Fito-IGF-1
Pemberian fitoestrogen tidak mempengaruhi kadar IGF-1, namun menghasilkan efek yang menguntungkan terhadap lipid profile (fito1).
Tidak terdapat efek pemberian fitoestrogen pada lipid dan marker status antioksidan. Pemberian fitoestrogen jangka pendek selama 1 minggu meningkatka ekskresi fitoestrogen urin dan meningkatkan IGF-1 dan IGFBP-3 (fito2).
Genistein, salah satu fitoestrogen, mempengaruhi ekspresi mRNA IGF-1 dan IGF-1R sehingga memiliki efek proliferatif (fito3).
Pemberian fitoestrogen menurunkan ekspresi gen IGF-1 tanpa memberikan efek pada ekspresi protein IGF-1 pada vesica urinaria, sedangkan pada vertebra terjadi penurunan konsentrasi protein IGF-1 tanpa efek signifikan terhadap ekspresi gen IGF-1. Gen IGF-1 bekerja dengan mekanisme autokrin-parakrin dan memberikan efek atiproliferatif. Ekspresi gen IGF-1 pada beberapa organ diregulasi oleh steroid gonad dan fitoestrogen (fito4).
Penelitian tentang pengaruh pemberian soya terhadap modulasi sinyal IGF-1 menyatakan tidak terdapat modulasi kadar IGF-1 serum dengan pemberian antiestrogen dan SSE. Alasan mengapa efek issoflavon soya pada sinyal IGF-1 tampak pada beberapa penelitian, namun tidak pada lainnya belum dapat dipahami. Kemungkinan melibatkanperbedaan galur sel dan kondisi penelitian (fito5).


--
Shigenoi Haruki

Comments

Post a Comment

Popular Posts